‘The
one thing we can never get enough of is love. And the one thing we never give
enough of is love.’
—Henry Miller
AU (Alternate Universe) and OOC (Out of Character)
Enjoy!
.
.
A Sign of Eternal Love
A Drabble
Collection Fan Fiction
Max 200 words
—From Yuki / Silver Andante
.
.
Disclaimer: BLEACH by Tite Kubo
[Page
1_Fluffy Content]
.
.
1.
First
Met, First Sight and Love
Gadis itu tersenyum saat pertama kali
mereka bertemu dan hal itu membuat Ichigo tidak bisa berpikir jernih sepanjang
hari.
Kedua kalinya mereka bertemu, Ichigo
mendengar gadis itu terkekeh saat ia dihukum karna tidak memperhatikan
pelajaran. Dan Ichigo berharap bisa mendengar suara itu berulang-ulang
sepanjang hidupnya.
Ketiga kalinya mereka bertemu, gadis itu
berada sangat dekat dan berbicara dengannya dengan suara tegas namun lembut.
Ah, Ichigo baru menyadari mata gadis itu yang berkilauan jika dilihat dari
jarak sedekat ini. Dan tak lupa namanya yang indah—Kuchiki Rukia.
Keempat kalinya mereka bertemu, Ichigo
sudah menggenggam tangan Rukia, mengajaknya berlari membolos dan menghabiskan
waktu bersama-sama di luar sekolah.
Kelima kalinya mereka bertemu, ia
membungkuk menekan lembut bibirnya pada gadis itu. Lalu jari-jarinya bergerak
membelai lembut rambut gadis itu yang terurai terbawa angin.
Dan cinta mereka datang dan dimulai sejak
saat itu.
.
.
2.
Beautiful
Gadis itu duduk
di sana dalam diam, rumput disekitarnya bergoyang seirama angin kencang yang
berhembus di sana. Tangan gadis itu mencengkram dress putih yang dipakainya,
sebagaimana cahaya matahari di belakangnya yang membuat gadis itu tampak
bersinar indah.
“Ichigo, cepat
ambil gambarnya!”
Kata-kata itu
keluar dari bibir yang hampir terkatup membentuk senyumannya yang sempurna,
Ichigo terkekeh sebelum menekan tombol di kamera. Setelah mendapat isyarat
tangan dari Ichigo bahwa gambarnya sudah selesai diambil, gadis itu menghela
napas dan berdiri menghampiri Ichigo. Gadis itu membungkuk memberikan kecupan
ringan di bibir pemuda itu sebelum duduk bersandar di samping pemuda itu sambil
melihat pergantian waktu di hadapan mereka.
“Indah…” pemuda itu berbisik.
Sedangkan Rukia tersenyum menatap matahari, “Ya, matahari terbenam
memang pemandangan yang indah…”
“…aku tidak sedang membicarakan tentang matahari terbenam.”
.
.
3.
Eternal
“Siapa mereka?”
Seorang perawat baru
berbisik kepada temannya ketika melewati sebuah kamar rumah sakit jiwa.
Temannya melihat ke dalam kamar dan tersenyum sedih melihat seorang pemuda
tampan yang sedang bersandar di dinding putih kamar itu sambil mencengkram erat
tangan mungil kekasihnya. Bibir pemuda itu membentuk sebuah lengkungan indah, tak
seperti kekasihnya yang terdiam seperti boneka.
“Ichigo…” ia
menunjuk si pemuda dan kekasih pemuda itu bergantian. “…dan Rukia.”
“Apa yang terjadi?”
Sang perawat baru
bertanya lagi, dan temannya tidak bisa lagi menyembunyikan air matanya yang
jatuh lalu menjawab dengan lirih.
“…mereka jatuh
cinta.”
.
.
4.
Winter
Ichigo tidak
begitu menyukai musim dingin.
Pemuda itu
menatap butiran salju yang turun dari jendela kamarnya, ia memang menyukai
salju namun ia tak suka dengan udara dingin yang menerpanya di luar. Kalau ia
bisa memilih, ia lebih memilih musim panas dibandingkan musim dingin. Kalau
bisa ia tak ingin kemana-mana saat ini, ia akan dengan senang hati bergelung
dengan selimut hangatnya di kamar. Pemuda itu masih merutuki musim dingin
sampai dia merasakan seseorang menepuk pundaknya.
“Kau tak lupa
janjimu yang akan mengajariku ice skating,
kan?” Ichigo tersenyum mendapati Rukia sudah memakai syal merah mudanya.
Ichigo seketika
menggenggam tangan gadis itu, tangan yang hangat. “Baiklah, ayo pergi!”
Sekarang, Ichigo
berpikir bahwa musim dingin tidak terlalu buruk.
.
.
5.
Scratched
Papers
Sudah jadi
rahasia umum bahwa Rukia payah dalam hal menggambar, meskipun ia sudah beberapa
kali belajar untuk memperbaiki gambarnya. Namun kesukaan Rukia dalam hal
menggambar tidak bisa dihilangkan meski dengan fakta yang ada. Ia sering
mencoret-coret buku disela-sela waktu pelajaran sekolah dengan gambar
kesukaannya—chappy.
Bahkan ketika
Ichigo dan Rukia sedang bertengkar, bisa-bisanya Rukia membalas mencoret-coret
buku tugas Ichigo dengan gambarnya. Dan diakhir Ichigo harus bekerja keras
menghapus coretan-coretan itu.
Ada saat ketika
Rukia pergi meninggalkan sebuah kertas dengan goresan gambar dan tulisan aneh.
Ichigo pun harus bekerja keras membacanya ketika dilanda kekhawatiran tentang
Rukia.
Namun adakalanya
gadis itu meninggalkan pesan dengan goresan gambar dan sebuah kata manis
tertulis di sana.
Aishiteru!
.
.
6.
The
Picture and Fate
Ichigo masih berusia 9 tahun ketika tak
sengaja menemukan sebuah foto seorang gadis kecil ketika ia sedang
berjalan-jalan dengan ibunya. Gadis kecil yang ada di dalam foto itu terlihat
cantik dan manis meskipun difoto dari jauh. Seketika Ichigo kecil terpana.
Tanpa ragu ia mengambil foto itu dan terus menyimpannya.
Seiring berjalannya waktu, pemuda itu pun
tertarik dengan seorang gadis. Namanya—Rukia. Meskipun lebih tua 2 tahun
darinya, ia merasa nyaman dengannya. Dan pada akhirnya Ichigo sadar bahwa ia
mencintainya. Ichigo pun menikahi Rukia dan kini perempuan itu telah menjadi
istrinya.
Tapi meskipun ia sangat mencintai istrinya
sekarang, ia masih tetap terus menyimpan foto gadis kecil yang diambilnya itu
dengan baik. Dan suatu ketika istrinya mendapati foto itu dan bertanya pada
Ichigo.
“Darimana kau mendapatkan foto ini?”
Ichigo tersenyum dan menjawab, “Aku
menyimpannya sejak kecil.”
“Tapi…” Rukia menatap Ichigo dengan
pandangan bingung. “…aku kehilangan foto ini ketika usiaku 11 tahun.”
.
.
7.
Lullaby
Senandung nina bobo itu terdengar
menentramkan hati, namun tahukah kau bahwa ada yang lebih menentramkan bagi
Rukia?
Ada satu hal yang selalu Rukia lakukan
ketika mimpi buruk mendatanginya di tengah malam. Ia akan memilih tidur di
ranjang Ichigo yang sempit, memeluknya dan bersandar di dada pemuda itu. Dadanya
bersenandung lembut. Membuat detakan yang sama, yang bersembunyi dibalik deru
napasnya. Terdengar seperti harmoni yang sama dengan nada-nada kecil yang
sering ibu nyanyikan sebelum ia terlelap. Rukia tahu, ketakutannya akan lenyap
perlahan. Gadis itu akan tertidur dengan alunan lullaby yang terus berdengung menemani tidurnya.
Namun ia tak pernah tahu bahwa Ichigo
selalu terbangun ketika Rukia menaiki ranjang dan memeluknya. Tangan pemuda itu
perlahan mengelus rambut Rukia dan mulai bersenandung kecil. Kemudian membawa
gadis itu dalam dekapan hangatnya. Menjaga dan melindunginya.
Senandung lullaby tak akan pernah
berhenti di sepanjang malam pada waktu itu.
“Oyasumi,
Rukia… Aishiterutte.”
The
stars shine in the night sky and this night is so silent
Don’t
say a single word and close your eyes
When
morning comes, I will wake you up
Sleep
tight, just allow me this moment
My
heart, I will have you tonight
A
lullaby only for you
Listen
to this lullaby I’m singing
As
you sleep, just feel it
(Xia
Junsu [JYJ] ft. Gaeko of Dynamic Duo – Lullaby)
.
.
8.
The Sky
Admirer
Ichigo terdiam menatap awan yang bergerak
perlahan dengan bayang-bayang langit biru sebagai latarnya. Hari ini langit
cerah. Simpulnya. Perlahan ia memejamkan kedua matanya, merasakan angin semilir
berhembus membelainya. Pemuda itu membuka mata ketika merasakan seseorang duduk
di sampingnya. Rukia—patner sekaligus sahabatnya.
“Apa yang kau lakukan?” tanyanya sambil
berusaha membuka sekotak minuman. Ichigo mengalihkan pandangannya menatap
langit kembali. Selama beberapa detik, kalian terdiam. Tak ada suara, pemuda
itu terlalu diam tak dapat menjawab. Tiba-tiba gadis itu berceletuk.
“Aku menyukai langit…” Rukia memandang
langit, mendambanya bagaikan seorang idola. “…sama seperti aku menyukaimu.”
Ichigo tertarik kemudian memandang gadis
itu heran, “Kenapa?”
“Kehadiranmu dapat membuatku berdiri tegak,
sama seperti kehadiran langit ketika aku kesepian.” Sejenak Rukia tersenyum,
dengan senang hati ia keluarkan pujian itu untuk orang lain. “Kau langitku… dan
aku mendambamu.”
Ichigo menyembunyikan senyum dibalik
bibirnya.
Dan sekarang, ketika mereka tidak lagi
bersama. Kehidupan bak parade tangis tak berujung. Tapi, hanya dengan melihat
langit. Kesepian, tangis dan luka—semuanya pergi begitu saja. Seakan langit
membawanya ke tempat yang tidak bisa mereka jangkau.
Ichigo akhirnya tahu mengapa Rukia begitu
mendamba langit kala itu.
.
.
9.
Back
Stage
Seperti dongeng-dongeng dan paradigma
dunia, bahwa sang pangeran hanya cocok berdampingan dengan seorang perempuan
anggun dan lemah lembut yang rentan harus dilindungi. Tapi sosok lain dari
kedua peran utama itu muncul membelah alur cerita yang telah dituliskan, dan
mereka menyebutnya sebagai entitas antagonis yang sempurna.
Namun apakah mereka masih menerima, ketika
sang pangeran mencintai entitas tersebut?
Bukan tanpa alasan Ichigo dan Rukia berada
dalam satu panggung pada pentas kali ini. Mereka memainkan drama tentang kisah
cinta Romeo dan Juliet yang melegenda. Meskipun Ichigo adalah seorang Romeo,
tapi Rukia bukanlah seorang Juliet. Inoue Orihime lah yang pantas mendapatkan
peran sang Juliet. Pentas berjalan lancar, penonton senang karena berakhir
seperti yang mereka harapkan. Namun, tahukah di balik layar pentas seperti apa
mereka? Hati sang Romeo tak terpaut pada Juliet kali ini, melainkan pada gadis
lain yang dianggap sebagai entitas antagonis bagi keduanya.
Tidak, gadis itu sama sekali tidak ingin
memisahkan Romeo dan Juliet. Dia tidaklah seburuk apa yang orang lain pikirkan
karena mengganggu alur. Namun ketika takdir membawanya mencintai sang Romeo,
dia tidak bisa berkata lagi.
Dan kisah itu menjadi berbeda.
Kurosaki Ichigo memang menjalani pentas
dengan Inoue Orihime, namun pemuda itu hanya akan menjalani kehidupannya
bersama dengan seorang Kuchiki Rukia.
.
.
10.
The
Proposal (Hmph! I think this isn’t romantic at all)
Ichigo berdiri di depan sebuah taman
kanak-kanak. Ia melirik sekali jam yang ada di tangannya, kemudian melangkah
memasuki taman kanak-kanak itu. Rukia—kekasihnya sejak 2 tahun yang lalu sedang
mengajar di sini. Ichigo sengaja menjemput gadis itu lebih cepat karena ada
satu hal yang ingin ia nyatakan. Sudah saatnya hubungan mereka sampai peraduan.
Dihirup aroma mawar putih yang ada di genggamannya. Ia berdoa semoga Rukia
menerimanya.
Pemuda itu sudah berada di dekat Rukia yang
membelakanginya. Sepertinya gadis itu tidak sadar bahwa kekasihnya sudah berada
di belakangnya saat ini. Ichigo mendekatkan wajahnya, kemudian berbisik di
telinga Rukia.
“Kau suka sekali anak-anak ya?” gadis itu
menoleh dan tersenyum ketika melihat kekasihnya berdiri di sampingnya dengan
pakaian rapi.
“Cepat sekali kau datang menjemputku.”
Rukia membetulkan letak selimut kemudian berbalik meninggalkan anak-anak kecil
yang sedang terlelap.
Setelah keluar dari ruangan, Ichigo segera
memeluk Rukia. “Aku rindu padamu…”
Rukia terkekeh kemudian mengelus rambut
jingga Ichigo dengan lembut.
“Hei, Rukia.” Gadis itu membalas dengan
gumaman kecil. “Bagaimana menurutmu jika kita mempunyai anak-anak sendiri?”
Rukia mengernyit. “Maksudmu?”
“Maukah kau menikah dan hidup bersamaku
dengan Kurosaki kecil kita nanti?”
Aroma bunga mawar putih yang mekar meraba
penciumannya. Rukia tersenyum lembut.
“Tentu saja.”
I
want to marry you.
.
.
Bonus
Track—The Punishment
Ichigo dan Rukia saling berhadapan di
antara meja penghangat kecil mereka. Udara dingin membuat mereka enggan untuk
berlama-lama di luar.
“Untuk apa aku harus mengikuti
kata-katamu?” Rukia mendecak kesal atas ucapan Ichigo.
“Tapi kau kalah bermain, jadi kau harus
dapat hukuman.” Jelas pemuda itu sambil memohon kepada Rukia. “Lagipula itu
mudah, hanya mengikuti kata-kataku.”
“Huh, terserahmu saja.” Rukia menghela
napas pasrah kali ini, membuat Ichigo tersenyum lebar. “Baiklah! Kita mulai.”
“Kurosaki Ichigo—”
“Kurosaki Ichigo—”
“—pria paling tampan di seluruh dunia!”
Rukia memutar bola matanya sebelum
melanjutkan, “—pria paling tampan di seluruh dunia.”
“Tidak ada yang bisa menandingi
kehebatannya.”
“Che, tidak ada yang bisa menandingi
kehebatannya. Benarkah?” Rukia menjulurkan lidahnya mengejek Ichigo, sedangkan
Ichigo mendengus sebal.
“Selanjutnya—” Ichigo tersenyum dan menatap
Rukia dengan lembut. “Maukah kau menikah denganku?”
“Maukah kau meni-kah—ehh?” Mata Rukia
melebar setelah mengerti kata yang harus diikutinya. Ia melihat Ichigo yang
sedang tersenyum kepadanya.
“Kenapa kau berhenti? Ayo ikuti lagi.”
“M-maukahkaumenikahdenganku.” Rukia
mengatakan dengan cepat sembari menyembunyikan wajahnya yang merona.
“Aku bersedia.”
Dengan dua kata itu, Rukia tersenyum
kemudian memejamkan matanya ketika Ichigo menciumnya lembut.
“Ya, aku bersedia.”
I
want to be with you every day for the rest of our lives.
.
.
.
Thanks for reading my fiction story!
September 06, 2012
_Silver Andante_
0 komentar:
Posting Komentar